Kamis, 18 Oktober 2012

Fisiologi Tidur

Fisiologi Tidur
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
    Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunican oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guvton), atau juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiaran akam tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran vang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi respons terhadap rangsangan dari luar.
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yangmutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum,istirahat berartisuatu keadaan tenang,relaks,tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi,beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang,berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Tidak terkecuali juga pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur tersebut.

B.    RUMUSAN MASALAH

1.    Bagaimanakah pengertian tidur?
2.    Bagaimanakah  faktor yang mempengaruhi tidur ?
3.    Bagaimanakah siklus tidur ?
4.    Bagaimanakah irama sirkadian  ?
5.    Bagaimanakah masalah-masalah tidur ?

C.    TUJUAN

1.    Mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian tidur.
2.    Mampu mengetahui dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi tidur .
3.    Mampu mengetahui dan menjelaskan  siklus tidur.
4.    Mampu mengetahui dan menjelaskan  irama sirkadian .
5.    Mampu mengetahui dan menjelaskan masalah-masalah tidur

D.    METODE
Dalam penulisan paper ini ditempuh metode-metode tertentu untuk mengumpulkan beberapa data dan mengolah data tersebut. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi yaitu mengumpulkan berbagai sumber yang memuat materi yang terkait dengan anatomi sistem saraf. Sumber tersebut melalui beberapa buku keperawatan dan juga melalui internet. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode dengan jalan menyusun data atau fakta-fakta yang telah diperoleh secra sistematis dan menuangkannya dalam suatu simpulan yang disusun atas kalimat-kalimat.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN TIDUR
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yangmutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum,istirahat berartisuatu keadaan tenang,relaks,tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi,beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang,berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat.
Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal,tingkat kesadaran yang bervariasi,perubahan proses fsiologis tubuh,dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hamper sepertiga dari waktu kita,kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas,mengurangi stress dan kecemasan,serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.

Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas). (Narrow, 1967 : 1645) mengemukakan 6 (enam) ciri-ciri yang dialami seseorang berkaitan dengan istirahat.
Sebagian besar orang dapat istirahat sewaktu mereka :
a.    Merasa bahwa segala sesuatu dapat diatasi
b.    Merasa diterima
c.    Mengetahui apa yang sedang terjadi
d.    Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan
e.    Mempunyai rencana-rencana kegiatan yang memuaskan
f.    Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan
Sedangkan pengertian tidur antara lain :
    Tidur berasal dari kata bahasa latin “somnus” yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran.
    Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001)
    Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981 : 679).

B.    TUJUAN DAN FUNGSI TIDUR
Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi strees pada paru, kardiovaskular, endokrin, dll. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi selular yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur, yaitu yang pertama, efek dari sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf; dan yang kedua yaituefek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan.
C.    FISIOLOGI TIDUR
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak,yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region(BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus visual,pendengaran,nyeri,dan sensori raba;serta emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto,Wartonah,2003).

Hipotalamus mempunyai pusat-pusat pengendalian untuk beberapa jenis kegiatan tak-sadar dari badan, yang salah satu diantaranya menyangkut tidur dan bangun. Cedera pada hipotalamus dapat mengakibatkan seseorang tidur dalam jangka waktu yang luar biasa panjang atau lama.
Formasi retikuler terdapat dalam pangkal otak. Formasi itu menjulang naik menembus medulla, pons, otak bagian tengah, dan lalu ke hipotalamus. Formasinya tersusun dari banyak sel syaraf dan serat syaraf . Serat-seratnya mempunyai hubungan-hubungan yang meneruskan impuls-impuls ke kulit otak dan ke tali sumsum tulang belakang. Formasi retikular itu memungkinkan terjadinya gerakan-gerakan refleks serta yang disengaja dengan mudah, maupun kegiatan-kegiatan kortikal yang bertalian dengan keadaan waspada.
Di waktu tidur, sistem retikular mendapat hanya sedikit rangsangan dari korteks serebral (kulit otak) serta permukaan luar tubuh. Keadaan bangun terjadi apabila sistem retikular dirangsang dengan rangsangan-rangsangan dari korteks serebral dan dari organ-organ serta sel-sel pengindraan di kulit. Umpamanya saja, jam wekker membangunkan kita dari tidur menjadi keadaan sadar apabila kita menyadari bahwa kita harus bersiap-siap untuk pergi bekerja. Perasaan-perasaan yang diakibatkan oleh kenyerian, kebisingan dan sebagainya, akan membuat orang tidak dapat tidur lewat organ-organ serta sel-sel di kulit badan. Maka keadaan tidak dapat tidur di timbulkan oleh kegiatan kulit otak serta apa yang dirasakan oleh badan; di waktu tidur, rangsangan-rangsangan menjadi minimal.
Teori Dasar Tidur
Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif. Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut “sistem aktivasi retikular”, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu, menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur. Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa tidur barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti dari suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan batang otak setinggi regio midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik ternyata otak tak pernah tidur. Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian midpontil pada batang otak, diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat bagian-bagian otak lainnya.
Perangsangan pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur dengan sifat-sifat yang mendekati keadaan tidur alami. Daerah-daerah tersebut adalah :
    Nuklei rafe, yang terletak di separuh bagian bawah pons dan medulla.
    Nukleus traktus solitarius, yang merupakan regio sensorik medula dan pons yang dilewati oleh sinyal sensorik viseral yang memasuki otak melalui syaraf-syaraf vagus dan glossofaringeus, juga menimbulkan keadaan tidur.
    Beberapa regio diensefalon, yaitu bagian rostral hipotalamus, terutama area suprakiasma dan adakalanya suatu area di nuklei difus pada talamus.
Ritme sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada manusia,bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan factor lingkungan (mis; cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian-yamg melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung,tekanan darah,temperature,sekresi hormone,metabolism dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah (Lilis,Taylor,Lemone,1989).



D.    FUNGSI SARAF DAN OTOT UNTUK MEMENUHI AKTIVITAS SARAF DAN TIDUR
1.    Tulang
    Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
    Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan fibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.

2.    Otot dan Tendon
    Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
           

3.    Ligamen
    Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.


4.    Sistem Saraf
    Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian soamtis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan DROP HAND atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan.

5.    Sendi
    Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segemen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.

E.    TAHAPAN TIDUR
Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.

Sejak adanya alat EEG (Elektro Encephalo Graph), maka aktivitas-aktivitas di dalam otak dapat direkam dalam suatu garafik . Alat ini juga dapat memperlihatkan fluktuasi energi (gelombang otak) pada kertas grafik. Penelitian mengenai mekanisme tidur mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam 10 tahun terakhir, dan bahkan sekarang para ahli telah berhasil menemukan adanya 2 (dua) pola/macam/tahapan tidur, yaitu :
1.    Pola tidur biasa atau NREM
Pola / tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement = Gerakan mata tidak cepat). Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur (lihat gambar).Tanda-tanda tidur NREM adalah :
    Mimpi berkurang
    Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
    Tekanan darah turun
    Kecepatan pernafasan turun
    Metabolisme turun
    Gerakan mata lambat
    Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam. Isrirahat penuh, dengan gelombang otak yang lebih lambat, tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, metabolisme turun.
    Perubahan selama proses NREM tampak melalui elektroensefalografi dengan mernperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREN4, vaitu: pertama, kewaspadaan penuh dengan gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah; kedua, istirohat tenang dapat diperlihatlcan pada gelombang alfa ketiga tidur ringan karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis teta atau delta yang bervoitase rendah; dan keempat, tidur nyenyak gelombang lambat dengan geiombang delta bervoltase tinggi dengan kecepatan 1-2 per detik.
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4 (empat) tahap yang masing-masing-masing tahap di tandai dengan pola gelombang otak.
a.    Tahap I
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di bangunkan dengan mudah.

b.    Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Mata masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles” dan gelombang K komplek. Tahap II berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit.

c.    Tahap III
Pada tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.

d.    Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun. Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan. (mengenai gambar grafik gelombang dapat dilihat dalam gambar). Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM.

2.    Pola Tidur Paradoksikal atau REM
Pola / tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan mata cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM / Paradoks ini merupakan pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola / tipe tidur ini, ditandai dengan :
a)    Mimpi yang bermacam-macam
Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
    Mengigau atau bahkan mendengkur (Jw. : ngorok)
    Otot-otot kendor (relaksasi total)
    Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
    Perubahan tekanan darah
    Gerakan otot tidak teratur
    Gerakan mata cepat
    Pembebasan steroid
    Sekresi lambung meningkat
    Ereksi penis pada pria
Saraf-saraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) ini berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam yang berlangsung selama 6 – 8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6 siklus.
F.    KEBUTUHAN TIDUR
1.    Pola Tidur Normal
a.    Neonatus sampai dengan 3 bulan
    Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.
    Mudah berespons terhadap stimulus
    Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
b.    Bayi
    Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.
    Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari.
    Tahap REM 20-30 %.
c.    Toddler
    Tidur 10-12 jam/hari
    Tahap REM 25%
d.    Preschooler
    Tidur 11 jam pada malam hari
    Tahap REM 20%
e.    Usia sekolah
    Tidur 10 jam pada malam hari
    Tahap REM 18,5%
f.    Adolensia
    Tidur 8,5 jam pada malam hari
    Tahap REM 20%
g.    Dewasa muda
    Tidur 7-9 jam/hari
    Tahap REM 20-25 %
h.    Usia dewasa pertengahan
    Tidur ± 7 jam/hari
    Tahap REM 20%
i.    Usia tua
    Tidur ± 6 jam/hari
    Tahap REM 20-25 %
    Tahap IV NREM menurun dan kadang-kadang absen
    Sering terbangun pada malam hari

2.    Kebutuhan Tidur
Usia  Tingkat Perkembangan  Jumlah Kebutuhan Tidur
    0 bulan -1 bulan  Masa neonatus  14-18 jam/hari
    1 bulan - 18 bulan  Masa bayi  12-14 jam/hari
    18 bulan – 3 tahun  Masa anak  11-12 jam/hari
    3 tahun – 6 tahun  Masa pra sekolah  11 jam/hari
    6 tahun – 12 tahun  Masa sekolah   10 jam/hari
    12 tahun – 18 tahun  Masa remaja  8,5 jam/hari
    18 tahun – 40 tahun  Masa dewasa muda  7-8jam/hari
    40 tahun – 60 tahun  Masa paruh baya  7 jam/hari
    60 tahun ke atas  Masa dewasa tua  6 jam/hari (Alimul, 2006)

G.    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas terscbut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Di antara faktor yang dapat memengaruhinya adalah:
1.    Penyakit
Sakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur seperti penyakit yang disebabkan olch infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.
2.    Latihan dan kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan encrgi yang telah dikeluarkan. lIal tersebut tcrlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan menc:apai kclelahan. Maka, orang tersebut akan lcbih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.
3.    Stres psikologis
Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada sescorang akibat kc;tegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
4. Obat
`Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi proses tidur jenis golongan obat diuretik dapat menyebabkan insomnia, antidepresan dapat menekan, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia dan golongan narkotik dapat menekan RF:M sehingga mudah mengantuk.
5.    Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi maka sescorang tersebut akan mempercepat proses tcrjadinya tidur, karcna dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi prosca tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.
6.    Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi scseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
7.    Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat mcnimbulkan gangguan proses tidur.


H.    GANGGUAN PADA TIDUR
Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidak nyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. Gangguan ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman didaerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk. Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan transpor oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang mengganggu, dll (Alimul, 2006).

1.    Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena factor mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:

    Insomnia inisial. Kesulitan untukmemulai tidur.
    Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
    Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lin dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin, menghindari ransangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur (mis; membaca, mendengarkan music),dan tidur jika benar-benar mengantuk.

2.    Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (mis; mimpi buruk),dan lainnya (mis; bruksisme).

3.    Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (mis; hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.

4.    Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetic.

5.    Apnoe tidur dan mendengkur
Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai dengan apnoe maka akan bisa menjadi masalah.

6.    Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal ini terjadi sebelum tidur REM




BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
    Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunican oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guvton), atau juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiaran akam tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran vang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi respons terhadap rangsangan dari luar.
     Berdasarkan proses tidur terdapat dua jenis tidur. Pertama, jenis tidur yang disebabkan menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis atau disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat lambat atau disebut tidur NREM. Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan disebut dengan jenis tidur paradoks atau tidur REM (rapid eye moverment).
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Tidak terkecuali juga pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A, H., 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika
Iwan, 2009. Skala Insomnia (KSPBJ Insomnia Rating Scale).
Kusyati E, 2006. Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC.
Mar, E, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry . 2006. Fundamental Keperawatan. Vol: 2. Jakarta : EGC.Hlm 1502-1533



Tidak ada komentar:

Posting Komentar